Kamis, 29 Agustus 2024
Nasihat-Nasihat dan Pendengar , Petuah Imam Ibnul Jauzi
Hari ini blog kita ini ingin berbagi dengan kalian tentang nasihat-nasihat yang penuh hikmah dari seorang Imam Besar dari generasi Salaf, Dia adalah Imam Ibnul Jauzi rahimahullah.
Nasihat-nasihat ini diambil dari tulisannya yang dihimpun dalam kitab beliau yang terkenal yaitu Shaidul Khatir yang merupakan kitab yang di sadur dari tulisan-tulisan kecilnya yang penuh makna mendalam . Sehingga Shaidul Khatir ini jika kita maknai adalah lintasan-lintasan hikmah penggugah jiwa dan pembuka cakrawala pikiran kita.
Imam Ibnul Jauzi adalah seorang tokoh yang memiliki kebijaksanaan dalam memberikan nasihat-nasihat yang dapat membimbing kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Beliau memberikan petuah-petuah yang bisa menginspirasi dan membantu kita dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan . Motivasi dan nasihat-nasihat beliau sangatlah tinggi .
Melalui blog post ini, saya akan membagikan beberapa nasihat yang terkandung dalam petuah Imam Ibnul Jauzi. Dari mulai nasihat tentang kesabaran, keikhlasan, kehidupan, Pergaulan hingga nasihat tentang cinta dan kasih sayang. Semua itu akan saya sadur secara ringkas di blog ini agar kita bisa mengambil hikmahnya .
Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk menimba ilmu dan hikmah dari nasihat-nasihat Imam Ibnul Jauzi yang telah terbukti membawa manfaat bagi banyak orang. Mari kita bersama-sama belajar dan merenungkan makna dari setiap petuah yang beliau sampaikan.
Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca blog post saya kali ini! Selamat membaca dan semoga bermanfaat!
1. Nasihat-nasihat dan Pendengar .
3. Ketika seseorang mendengar nasihat-nasihat, terkadang muncul kesadaran pada diri orang tersebut. Namun ketika dia telah meninggalkan majelis dzikir, maka hatinya kembali mengeras dan lalai. Saya merenungkan faktor penyebabnya, sehingga saya pun menjadi tahu.
Selanjutnya saya memperhatikan bahwa tingkat kesadaran manusiaberbeda-beda. Umumnya hati manusia tidak berada dalam kondisi yang sama pada saat mendengar nasihat maupun setelahnya,
karena dua faktor berikut ini:Pertama, sesungguhnya nasihat-nasihat itu bagaikan cambuk. Cambuk tidak menyakiti setelah selesai dicambukkan. Rasa sakitnya adalah pada saat dicambukkan.Kedua, pada saat mendengar nasihat seseorang dalam kondisi santai, maka dia akan melepaskan jiwa dan raganya dari kesibukan urusan duniawi. Ia menyimak nasihat dengan kehadiran hati. Apabila dia kembali pada kesibukan-kesibukannya, maka kesibukannya tersebut menghadirkan kembali penyakit kelalaian. Maka bagaimana mungkindia bisa kembali seperti saat menerima nasihat?Kondisi demikian ini menimpa semua orang. Hanya saja setiap orangmempunyai kesadaran berbeda-beda dalam menerima pengaruh nasihat. Ada sebagian orang yang bertekad kuat tanpa keraguan sedikit pun.
Mereka mampu berjalan lurus tanpa menoleh-noleh lagi. Apabila kafilah hawa nafsu hendak menghentikannya, maka mereka akan berteriak keras untuk menolaknya, sebagaimana Hanzhalah mengecam dirinya sendiri, "Hanzhalah telah menjadi munafik."Ada pula sekelompok orang yang terkadang tabiatnya menyeret kepada kelalaian, tetapi terkadang nasihat nasihat terdahulu mendorongnya untuk beramal. Mereka bagaikan cahang pohon yang bergoyang-goyang diterpa hembusan angin.Ada pula sekelompok orang yang tidak terpengaruh apa-apa, kecuali hanya sekadar mendengar, sebagaimana air yang dialirkan di atas batu licin. (Shaidul Khathir 1/3, Imam Ibnul Jauzy rahimahullah)
0 comments:
Posting Komentar