Ad 468 X 60

Kamis, 29 Agustus 2024

Widgets

Nasihat-Nasihat dan Pendengar , Petuah Imam Ibnul Jauzi


Assalamu'alaikum wahai teman-teman pembaca setia! Apa kabar? . Semoga kalian dalam keadaan baik semua ya . Amin . 

Hari ini blog kita ini ingin berbagi dengan kalian tentang nasihat-nasihat yang penuh hikmah dari seorang Imam Besar dari generasi Salaf, Dia adalah Imam Ibnul Jauzi rahimahullah

Nasihat-nasihat ini diambil dari tulisannya yang dihimpun dalam kitab beliau yang terkenal yaitu Shaidul Khatir yang merupakan kitab yang di sadur dari tulisan-tulisan kecilnya yang penuh makna mendalam . Sehingga Shaidul Khatir ini jika kita maknai adalah lintasan-lintasan hikmah penggugah jiwa dan pembuka cakrawala pikiran kita.


Imam Ibnul Jauzi adalah seorang tokoh yang memiliki kebijaksanaan dalam memberikan nasihat-nasihat yang dapat membimbing kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Beliau memberikan petuah-petuah yang bisa menginspirasi dan membantu kita dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan . Motivasi dan nasihat-nasihat beliau sangatlah tinggi . 

Melalui blog post ini, saya akan membagikan beberapa nasihat yang terkandung dalam petuah Imam Ibnul Jauzi. Dari mulai nasihat tentang kesabaran, keikhlasan, kehidupan, Pergaulan hingga nasihat tentang cinta dan kasih sayang. Semua itu akan saya sadur secara ringkas di blog ini agar kita bisa mengambil hikmahnya .

Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk menimba ilmu dan hikmah dari nasihat-nasihat Imam Ibnul Jauzi yang telah terbukti membawa manfaat bagi banyak orang. Mari kita bersama-sama belajar dan merenungkan makna dari setiap petuah yang beliau sampaikan. 


Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca blog post saya kali ini! Selamat membaca dan semoga bermanfaat!




1. Nasihat-nasihat dan Pendengar .

3. Ketika seseorang mendengar nasihat-nasihat, terkadang muncul kesadaran pada diri orang tersebut. Namun ketika dia telah meninggalkan majelis dzikir, maka hatinya kembali mengeras dan lalai. Saya merenungkan faktor penyebabnya, sehingga saya pun menjadi tahu.

Selanjutnya saya memperhatikan bahwa tingkat kesadaran manusia
berbeda-beda. Umumnya hati manusia tidak berada dalam kondisi yang sama pada saat mendengar nasihat maupun setelahnya,

 

karena dua faktor berikut ini: 

Pertama, sesungguhnya nasihat-nasihat itu bagaikan cambuk. Cambuk tidak menyakiti setelah selesai dicambukkan. Rasa sakitnya adalah pada saat dicambukkan.

Kedua, pada saat mendengar nasihat seseorang dalam kondisi santai, maka dia akan melepaskan jiwa dan raganya dari kesibukan urusan duniawi. Ia menyimak nasihat dengan kehadiran hati. Apabila dia kembali pada kesibukan-kesibukannya, maka kesibukannya tersebut menghadirkan kembali penyakit kelalaian. Maka bagaimana mungkin
dia bisa kembali seperti saat menerima nasihat? 

Kondisi demikian ini menimpa semua orang. Hanya saja setiap orang
mempunyai kesadaran berbeda-beda dalam menerima pengaruh nasihat. Ada sebagian orang yang bertekad kuat tanpa keraguan sedikit pun.

Mereka mampu berjalan lurus tanpa menoleh-noleh lagi. Apabila kafilah hawa nafsu hendak menghentikannya, maka mereka akan berteriak keras untuk menolaknya, sebagaimana Hanzhalah mengecam dirinya sendiri, "Hanzhalah telah menjadi munafik." 

Ada pula sekelompok orang yang terkadang tabiatnya menyeret kepada kelalaian, tetapi terkadang nasihat nasihat terdahulu mendorongnya untuk beramal. Mereka bagaikan cahang pohon yang bergoyang-goyang diterpa hembusan angin.

Ada pula sekelompok orang yang tidak terpengaruh apa-apa, kecuali hanya sekadar mendengar, sebagaimana air yang dialirkan di atas batu licin. (Shaidul Khathir 1/3, Imam Ibnul Jauzy rahimahullah)

 

 




Setelah membaca dan merenungkan nasihat-nasihat dalam kitab Shaidul Khatir Imam Ibnul Jauzi, Kita akan menyadari betapa pentingnya kesadaran diri dalam menerima petuah dan nasehat. Terkadang ketika kita mendengar nasihat, kita merasa tersentuh dan memiliki keinginan untuk berubah menjadi lebih baik. Namun sayangnya, setelah meninggalkan tempat majelis dzikir, hati kita kembali mengeras dan lalai.

Kesadaran diri merupakan kunci utama dalam menghadapi nasihat-nasihat yang diberikan. Tanpa adanya kesadaran diri dan niat yang tulus untuk berubah, nasihat akan terasa sia-sia dan tak berarti. Oleh karena itu, marilah kita mulai merenungkan kembali nasihat-nasihat yang telah kita dengar dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih berarti bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. 

Selamat merenung dan semoga kita semua dapat menjadikan setiap nasehat sebagai cambuk yang mendorong kita menuju kebaikan. Aamiin.

Kita akan berjumpa kembali dengan saduran tulisan Imam Ibnu Jauzi yang lainnya . Semoga bermanfaat .


Salam,

BAGIKAN KE   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati
Hak Cipta:© Copyright 2014 - Puisi Terbaik Islami
Puisi Islami Terbaik pembangun jiwa , penggugah hati . Puisi Pilihan yang bisa menjadikan Anda untuk terpacu mengamalkan kebaikan Read More →

0 comments: