Pages

Selasa, 05 November 2024

Aku dan Air Mata di Ujung Sajadah

Assalamu'alaikum para penghobi Puisi . Dalam Blog Puisi Islami Terbaik kali ini , Kami akan mengetengahkan sebuah puisi indah yang penuh makna dengan Judul Aku dan Air Mata di Ujung Sajadah . Aku dan Air Mata di Ujung Sajadah adalah Puisi dari refleksi mendalam tentang ketulusan seorang hamba yang memohon ampun, merasakan kelembutan cinta Allah di ujung malam. Dalam gelap yang sunyi, sajadah menjadi saksi bisu bagi air mata yang mengalir, menyampaikan segala keluh dan harap yang tersimpan di hati. 


Bagi seorang Muslim, malam adalah waktu berharga untuk mengakui kelemahan diri, berkomunikasi dengan Sang Pencipta, dan menggapai kedamaian sejati. Artikel ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna sujud, bukan hanya sebagai ibadah fisik, tetapi sebagai bentuk penyerahan penuh dari hati yang merindu akan kasih-Nya. 


Sungguh, di balik doa yang lirih dan air mata yang jatuh, ada keberserahan yang membawa ketenangan. Mari bersama kita jelajahi keindahan dan kedalaman pesan spiritual di balik Puisi "Aku dan Air Mata di Ujung Sajadah" .


Baja juga : Ghibah


Air Mata di Ujung Sajadah


Saat malam merangkak sunyi,  
   terhampar sajadah biru yang setia,  
   di ujungnya terurai air mata,  
   lirih memohon ampun dari Yang Maha Esa.

Langit malam bersaksi hening,  
   segala dosa terbentang tanpa sekat,  
   air mata jatuh, membasahi sajadah,  
   memohon rahmat, merindukan hidayah.

Setiap helaan nafas membawa harap,  
   jiwa yang lelah meniti jalan lurus,  
   menghitung salah, menghitung lupa,  
   mencari ridha dalam sujud yang lepas.

Di sela-sela malam yang dingin,  
   kudengar bisikan lembut nurani,  
   memanggilku tuk kembali,  
   kepada jalan terang yang hakiki.

Ampuni aku, wahai Rabbul Izzati,  
   langkah-langkah yang jauh menyimpang,  
   dalam sepi ini aku bersujud,  
   berharap tenang di jalan-Mu yang lapang.

Sesekali mengalir air mata haru,  
   membasahi hati yang kering dahaga,  
   tiada selain Engkau yang bisa,  
   memberi sejuk dalam doa dan cinta.

Malam kian menua, bintang berkilau,  
   sajadah ini menjadi saksi bisu,  
   bahwa diri ini hanyalah hamba,  
   lemah tanpa penjagaan-Mu selalu.

Di ujung sajadah kutemukan jawab,  
   bahwa hidup hanyalah perjalanan,  
   menuju kebesaran cinta-Mu,  
   yang luas tanpa batasan.

 

Ya Allah, Engkau Maha Penerima,  
   segala keluh, segala doa,  
   biarkan air mata ini menjadi,  
   saksi cinta tulus seorang hamba.

Sajadah kusut ini kupeluk erat,  
    dengan hati penuh harap tulus,  
    kelak akan tiba waktu indah,  
    bertemu-Mu dalam damai nan lurus.
 


Semoga puisi ini bisa menjadi inspirasi dalam memaknai doa dan sujud sebagai jalan menuju kedamaian bersama Allah.


Puisi Terbaik islami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih banyak sudah mau memberikan komentar