Assalamu'alaikum para penggemar Puisi Islami . kali ini kita akan membahas sebuah Puisi yang menyinggung permasalahan yang kerap kali hampir semua orang sering melakukannya . Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari kita kerap terjebak dalam pembicaraan yang berujung pada ghibah, atau membicarakan keburukan orang lain di belakangnya.
Ghibah, meski tampak ringan diucapkan, dalam pandangan Islam adalah dosa yang perlu dihindari. Melalui puisi islami bertema “Ghibah” ini, kita diajak merenung lebih dalam tentang dampak serta kerugian batin yang ditimbulkan oleh perbuatan ini.
Puisi Ghibah juga mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga lisan dan selalu berusaha berpikir positif. Mari simak dan resapi tiap baitnya, semoga membawa kita pada refleksi diri yang lebih baik.
Ghibah Sang Pemakan Bangkai
Saat lidah terurai lepas,
Mengalir tajam bagai belati tajam,
Lupa hati dan jiwa terhempas,
Menjaring kata yang penuh dendam.
Apa yang mereka kisahkan,
Tiada beda bagai racun pekat,
Daging saudaraku terpisahkan,
Ditelan nafsu yang tak dapat diikat.
Mereka sibuk mencari cela,
Seakan dunia tiada dosanya,
Ghibah menjadi gulungan kata,
Menutupi hati dengan noda.
Hidup dibalut serbuk duri,
Merasa benar atas dosa tersembunyi,
Namun jiwa menjadi hampa, dan ngeri,
Menanti pertanggungjawaban nanti.
Terasa ringan, tetapi kelam,
Setiap desah menjadi jerat jiwa,
Apa yang dibisik, seakan malam,
Menghimpit nurani tanpa jeda.
Wahai hati yang lelah tersesat,
Sadarkah engkau dalam gelapnya kabut?
Ghibah hanyalah api, bara yang pekat,
Membakar iman dalam sekam lembut.
Siapa yang kau makan diam-diam?
Saudaramu yang tak bisa membalas,
Padahal ia tak tahu keraguan alam,
Mengapa harus kau balut dengan balas?
Di hadapan Allah, tiada tersembunyi,
Segala ucapan menjadi saksi abadi,
Lisan yang terucap penuh janji,
Namun berubah menjadi aib yang sunyi.
Ya Allah, lindungilah lidah kami,
Jauhkan dari aib yang menelan,
Bersihkan hati yang tulus suci,
Agar kami tak tergelincir dalam kehancuran.
Jangan biarkan ghibah menjadi langkah,
Melukai saudara, meninggalkan luka,
Agar hidup kami terjaga dari lelah,
Menjalani hidup dengan penuh cinta dan berkah.
Baca Juga : Hartamu Celakamu
Ghibah: Pembangkrut Ulung di Hari Kiamat
Ghibah, sekelebat kata yang terbuang,
Berbisik dalam malam, di antara lidah yang tak tenang,
Dihembuskan ringan bagai angin lalu,
Namun menoreh luka dalam, tak terhapus waktu.
Wahai diri yang terlena dalam kata,
Tidakkah kau tahu tentang dosa yang terselip di sana?
Sejenak nikmat dalam pembicaraan,
Namun menjadi bara di hadapan Tuhan.
Engkau mengambil hak saudara tak berdosa,
Merenggut kehormatannya tanpa sisa,
Menghujamkan cemooh pada mereka yang jauh,
Padahal dirimu pun rapuh, tak lepas dari keluh.
Seperti api membakar kertas yang putih,
Lidah yang menoreh dapat menghitamkan kalbu bersih,
Apa yang kau tanam, itulah yang kan dituai,
Dalam bisik ghibah, engkau rugi tak terperih.
Di hari yang penuh dengan pertanggungjawaban,
Setiap kata menjadi saksi di pengadilan,
Tak ada jalan kembali, tiada tempat sembunyi,
Ghibahmu menjadi beban di pundak yang lemah tak berseri.
Amal-amalmu terbang melayang,
Berpindah kepada yang kau bicarakan tanpa peluang,
Penyesalan datang saat segalanya telah terlambat,
Saat semua kebajikanmu sirna, tak lagi lekat.
Betapa rugi harta imanmu yang terkikis,
Karena lisan yang tak terjaga, lemah dan tragis,
Sadarilah, wahai jiwa, dari jerat yang menghancurkan,
Menahan kata lebih mulia daripada diam yang terasingkan.
Maka bersihkan hati, sucikan niat,
Jangan biarkan lisan merusak yang hakikat,
Hiasi diri dengan dzikir dan sabar,
Hindari ghibah yang menyulut bara dalam kabar.
Hanya taubat yang menghapus jejak yang kelam,
Memohon ampun pada-Nya di setiap malam,
Jangan biarkan ghibah menjadi pembangkrut di akhirat,
Tapi jadikan akhlak mulia sebagai langkah yang selamat.
Di akhir jalan nanti, kala amal diperhitungkan,
Semoga terselamatkan dari ghibah yang melumpuhkan,
Jalan menuju surga terbentang bagi yang menjaga,
Lisan yang suci, hati yang bersih, itulah hamba yang bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih banyak sudah mau memberikan komentar